Diam adalah bahasa. Setuju?
Banyak orang yang mengepresikan perasaannya dengan diam.
Diam ketika marah, diam ketika terkejut, diam ketika menyembunyikan sesuatu,
dan diam ketika kecewa.
Diam adalah emas. Saat kita tidak perlu bicara untuk sesuatu
yang tidak berguna. Diam adalah petaka, saat kita mengetahui kebenaran namun
tak mengungkapkan. Diam adalah pahala, saat kita dicemooh namun tak membalas.
Tapi, diam juga bisa menyebabkan kesalahpahaman yang
berujung penyesalan. Tengok saja cerita Dilan dan Milea. Pasti kamu paham. Diam
juga bisa membuat sesak di dada. Saat kita merasa diamnya sesorang karena kita.
Diam bisa saja menjadi hak, ketika sesorang tertuduh, atau tertangkap sampai
ada pengacara yang membelanya. Dan masih banyak ragam diam yang belu penulis
ketahui.
Dari sekian banyak diam yang tersebut di atas, nampaknya
diam karena marah adalah yang paling sering kita jumpai. Pertanyaannya,
bermanfaatkah diam ketika marah ?
Marah adalah suatu kondisi jiwa dimana kita merasakan suatu
hal atau kejadian yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, atau bahkan
terjadinya sesuatu yang tidak kita sukai. Berbagai ekspresi dari kemarahan pun
sering kita jumpai. Mulai dari menangis, berteriak, mengungkapkan apa yang ada
di fikiran kita, dan yang lebih elegan yakni diam. Nah, ketika kemarahan sudah
berwujud diam, apa yang orang sekitarnya rasakan? Serba salah, merasa sungkan,
bahkan menyangka kalau kemarahan
tersebut kitalah penyebabnya. Kalau memang cukup hanya sehari, tetapi bagaimana
jika berlarut-larut hingga memutus silaturahmi?
Marah adalah sesuatu yang manusiawi. Setiap orang pasti
pernah melakukannya. Tak terkecuali penulis, dan juga pembaca, tapi seperti
apakah kemarahan kita, itulah yang menentukan karakter kita. Diam saat marah di
satu sisi penulis anggap baik. Karena tak banyak orang yang mengetahui bahwa
kita sedang marah. Tak perlu ada keributan, adu mulut, bahkan pertengkaran.
Namun, di sisi lain diam juga tidak
menyelesaikan masalah. Kita bukan peramal yang bisa mengetahui apa yang tengah
dirasakan orang lain.yang harus mengerti apa keinginannya.
Dan komunikasi merupakan hal penting. Permasalahan dapat
terselesaikan apabila ada peran dari kedua belah pihak. So, bolehlah kita diam saat marah, namun jangan terlalu lama hingga
memunculkan banyak persepsi dari orang di sekeliling kita. Sehingga membuat
orang lain merasa bersalah karena sikap kita. Semoga kita bisa lebih bijak
dalam mengatur emosi kita.
By:
Imla Qolbi