Liburan : Antara Negative Dan Positifnya

Liburan : Antara Negative Dan Positifnya

KABAR TERMA
Jumat, 12 Februari 2016


       Liburan merupakan waktu yang paling disenangi oleh banyak orang. Tidak terkecuali mahasiswa yang telah selesai Ujian Akhir Semester ini. Banyaknya tugas kuliyah hingga sibuknya mempersiapkan materi untuk ujian dalam kurun satu semester. Tentu akan melelahkan sekali ketika semua itu benar terjadi adanya. Namun kesibukan atau mungkin belum tentu dikatakan sibuk untuk belajar, tapi boleh dikata sibuk mondar mandir dari rumah ke kampus dan sebaliknya. Itu mungkin realita yang terjadi dewasa ini dalam dunia kemahasiswaan. Banyak dari mahasiswa dewasa ini hanya mencari kesibukan dalam perguruan tinggi ketimbang di rumah hanya menjadi manusia yang kuper (kurang pergaulan). Atau hanya ingin dikatakan sebagai orang yang berpendidikan dan menjadi orang yang ditinggikan dalam tataran sosial. Maka dari itu banyak dari mahasiswa saat ini banyak yang melupakan bahkan meninggalkan aktifitas akademiknya, karena tidak dibarengi dengan niat yang tepat.
            Kembali ke pembahasan tentang liburan, sesuatu yang sangat menarik menurutku untuk di pahami dalam kacamata akademik. Mungkin sering kita pahami bahwa liburan merupakan waktu untuk refresing, untuk merefres otak yang selama berbulan bulan telah tergencet dalam tumpukan batu batu gunung. Kondisi memeras otak yang sedemikian parahnya hingga menguras habis kandungan air di dalamnya. Membakar kepala hingga menghabiskan hutan seluas hutan amazon. Ngeri…
            Sedemikian parahkah kondisi mahasiswa dalam proses menjadi manusia seutuhnya dalam naungan dan atmosfir akademik itu ? proses pencarian jati diri dalam diri yang mungkin tertimbun tanah longsor hebat. Namun tentu tak separah yang tergambar di atas, kehidupan dalam dunia perguruan tinggi jelas tidak seperti itu. Atau mungkin malah sebaliknya, euphoria pendidikan yang terjadi. Lembaga pendidikan dijadikan sebagai wahana permainan dan adu kecerdasan juga ketangkasan. Dan lebih parah lagi lembaga pendidikan dijadikan sebagai perusahaan percetakan ijazah, dimana dijadikan legalitas bagi mahasiswa yang sudah lulus dan dikatakan seorang SARJANA. Karena dalam pandangan kelas sosial orang yang menyandang gelar sarjana di masyarakat pasti akan dihormati dan disegani.
            Dan realita yang terjadi dewasa ini jelas akan memperlihatkan betapa tipis atmosfir akademik yang terbangun dalam naungan perguruan tinggi. Aktifitas yang merepresentasikan bahwa ini merupakan tempat berdialektika juga bercengkrama dengan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya juga minim. Pergulatan akademik hanya terjadi satu setengah jam dalam satu mata kuliayah dan itupun kalau ada dosen. Ruang ruang diskusi mahasiswa juga hampir punah dari terjangan arus trend. Dan sekrang timbul pertanyaan, bagaimana sosok manusia dianggap akademisi, berilmu dan tahu segala hal kalau dalam proses penempaannya hanya sekejap mata. Tanpa ada peleburan dalam kawah condrodimuko (istilah pewayangan) dengan tahap tahap tempaan hebat. Dan yang terjadi dalam lingkungan perguruan tinggi kebanyakan mahasiswa menghabiskan waktunya di luar kuliyah hanya dengan bercanda, ngopi, nongkrong dipinggir jalan hanya untuk memandangi mahasiswa lain lewat. Ketika melihat realita yang terjadi apa makna liburan pada mahasiswa ? nambah jam main ? atau pindah tempat main ?...
Memaknai Liburan  
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Liburan atau libur berarti bebas dari kerja atau masuk sekolah. Keadaan bebas dari rutinitas sehari hari yang menjadi beban dikepala. Melepaskan penat juga ketegangan otot otot saraf dalam tubuh. Hingga sebuah hal yang harus dilakukan  untuk menjaga kesehatan serta menambah motivasi hidup. Seperti penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan baik ibu rumah tangga maupun wanita kerja yang mengambil liburan memiliki peningkatan signifikan dalam penurunan serangan jantung dan stroke. Juga halnya penelitian yang dilakukan Linda Hoops dan John Lounsbury seorang peneliti dari departemen psikologi Universitas Tennessee menemukan bahwa ada suatu peningkatan dalam kepuasan hidup setelah liburan.
            Banyaknya manfaat yang diperoleh dari liburan tentu harus diisi dengan hal hal yang positif. Hanya saja kebanyakan orang terutama kaum akademisi (mahasiswa) banyak menggunakan waktu liburan itu dengan hal hal yang kurang ada manfaatnya. Aktifitasnya jarang yang digunakan  untuk menunjang perjalanan akademiknya yang katanya tolabul ilmi. Menurut Eko Rini Kuntowati, seorang psikolog, liburan yang baik adalah yang bermakna. Liburan yang berisi hal positif, dan berdampak pada pengembangan hidup untuk lebih baik. Itupun sejalan dengan pandangan Islam, Ir.H.D. Sodik Mudjahid, M.Sc., mengemukakan bahwa islam memberi tuntunan kepada umatnya untuk selalu memanfaatkan waktu, baik itu saat  liburan bekerja maupun belajar.

            Kecenderungan mahasiswa untuk mengisi waktu libur lebih sering digunakan untuk hal yang kurang bermanfaat bagi sisi akademiknya. Bermalas malasan di rumah atau kost sampai nongkrong dengan teman tanpa lihat waktu. Kondisi yang sedemikian rupa jelas akan menunjukkan bahwa betapa minim semangat akademisnya ketika yang katanya membawa semangat tholabul ilmi. Dan jelas akan muncul pertanyaan bahwa apakah benar seorang mahasiswa dalam lingkungan akademiknya dalam konteks dewasa ini akan mampu menggapai kualitas juga kapasitas gelar SARJANA yang agung itu ?.[]