“Jika kamu ingin merengkuh dunia,
maka harus dengan ilmu, jika kamu ingin merengkuh akherat, maka harus dengan
ilmu, dan jika kamu ingin merengkuh keduanya, maka harus dengan ilmu”. Dari
sabda nabi Muhammad SAW tersebut menjelaskan
bahwa pentingnya ilmu untuk kehidupan manusia. Sebuah petunjuk yang mana
menunjukkan kepada manusia bagaimana mengarungi bahtera kehidupan yaitu dengan
ilmu. Memperlihatkan bagaimana manusia menjalani kehidupan tanpa ilmu akan
rusak dan gagal. Melihat manusia dalam penciptaannya mempunyai kedudukan
sebagai kholifah fil-Arld yang mana menuntut manusia untuk mampu menjalankan
amanah yang di embannya untuk menjaga dunia. Manusia harus mempunyai kemampuan
keilmuan untuk menciptakan kemakmuran dan kedamaian dunia.
Bagaimana manusia memperoleh ilmu ?,
dari pendidikan manusia akan memperoleh ilmu. Dalam pendidikan manusia akan
mengembangkan dan memunculkan kemampuan dalam dirinya. Sebagaimana penjelasan
B.S. Mardiatmadja bahwa pendidikan merupakan suatu usaha bersama dalam proses
terpadu (terorganisir) untuk membantu manusia mengembangkan diri dan menyiapkan diri guna mengambil tempat
semestinya dalam pengembangan masyarakat dan dunianya di hadapan Sang Pencipta.
Dan dari pendidikan juga manusia akan menemukan esensi dari manusia itu sendiri.
Orang orang yunani kuno telah menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha manusia
untuk menjadi manusia. Karena itu manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain.
Sehingga dalam pendidikan mempunyai tujuan untuk memanusiakan manusia.
Ketika
manusia memperoleh pendidikan, manusia akan terhindar dari sifat sifat barbar
yang menjadikanya makhluk buas tidak memiliki moral,etika, akhlaq, yang pasti
dalam kebodohan. Pendidikan akan
menghindarkan manusia dari kebodohan, kemiskinan dan penindasan dari kaum
penjajah. Kemakmuran,keadilan dan kedamaian akan tercipta ketika pendidikan
terlaksana dengan benar. Namun pendidikan akan menjadi alat penindasan paling
mengerikan ketika di gunakan kaum terdidik untuk menghegemoni kaum bawah yang
tidak terdidik demi kepentingan pribadi. Seperti kritikan yang di ungkapkan
Y.B. Mangunwijaya “... apa guna kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah
yang cerdas, tetapi massa rakyat dibiarkan bodoh? Segeralah kaum sekolah itu
akan menjadi penjajah rakyat dengan modal kepintarannya. Keadaan yang
sedemikian rupa tentu menuntut kaum terdidik untuk sadar akan peranannya dalam
pengentasan kaum bawah dari keterpurukan bukan malah menjadikan sebagai lahan
subur untuk membesarkan diri. Pendidikan dasarlah yang akan berperan pentin
dalam mencetak kaum akademisi/intelektual yang sadar akan kewajibannya membasmi
kebodohan dengan penanaman pendidikan moral, budi pekerti,etika dan akhlaq.
Tidak hanya menekankan pada pengembangan kognisi (IQ) saja, yang akan mencetak
intelektual intelektual yang mempunyai kepribadian yang buruk, yang akan
menggunakan kepintarannya untuk menindas kaum bodoh. Maka pola orientasi
pendidikan tidak hanya memfokuskan pada segi kognisi, tapi harus seimbang
dengan pengembangan rasa atau afeksi (EQ) juga nurani atau spiritualitas (SQ)
yang akan mencetak intelektual yang sejati.
Wajah
Pendidikan
Dalam
perkembangannya pendidikan telah mampu mencetak ahli ahli dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan yang mampu menciptakan dan mengembangkan peradaban manusia
yang berbasis teknologi. Berbicara tentang perkembangan teknologi yang begitu
pesat tentu tidak lepas dari hegemoni barat. Bermula dari masa renaissens
perkembangan di bidang industri,militer,sains dan pendidikan sangat
memperlihatkan progresifitasnya. Namun dari
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi mulai memunculkan berbagai
polemik di dunia.
Berakar
dari model pendidikan barat yang berbasis liberalisme yang mengutamakan
kepentingan individu/kelompok untuk menentukan keinginannya dengan berorientasi
pada materi, pendidikan dijadikan alat hegemoni negara imperialis kepada negara
negara dunia ketiga atau negara negara miskin atau berkembang. Dari
ketertinggalan yang di alami negara negara dunia ketiga, mulai mengadopsi pola
pendidikan barat yang di anggap sebagai negara yang lebih maju. Namun tanpa
sadar negara negara berkembang mulai masuk dalam pola pendidikan yang
menjerumuskan dengan mulai mengikis karakter bangsa itu sendiri.
Dalam
perkembangan pendidikan di indonesia tentu tidak bisa terlepas dari model
pendidikan barat. Ketika menengok sejarah pertama berdirinya lembaga pendidikan
di indonesia yang berasal dari kolonoalisme. Yang mana mempunyai tujuan untuk
menggiring pola pikir rakyat indonesia untuk mempunyai mental kuli. Dan tentu
itu adalah alat yang sangat efektif di gunakan, melihat efek dari pendidikan
ala kolonialis itu masih terasa sampai sekarang. Digunakannya sistem
imperialisme oleh bangsa sendiri untu menindas bangsa sendiri serta
mengeksploitasai kekayaan negara untuk kepentingan pribadi adalah salah satu
hasil dari model pendidikan gaya kolonialism. Negara yang miskin akan sulit
untuk berkembang dan yang berkembang akan sulit untuk maju karna model
penddidikan sudah di rancang untuk seperti itu.
Penyadaran
akan efek dari penerapan model pendidikan ala kolonialisme perlu dilakukan. Dan
itu sudah digelorakan oleh founding father bangsa indonesia Soekarno yang mana
mengatakan “ Kita ini bukan kumpulan bangsa kuli ( Nation Of Coolies ), yang
mau saja di jajah oleh bangsa asing. Harus kita tegakkan kepala sebagai bangsa
yang bermartabat, mandiri dan kuat, bukan sebagai bangsa yang di perbudak.” (*)