Membangun Bisnis Rumahan ala Perantau Jakarta
Minggu, 8 Juni 2025

Membangun Bisnis Rumahan ala Perantau Jakarta

KABAR TERMA
Rabu, 01 Februari 2023

 


Photo by: Sinta (Kru Magang)

 

Wirosari- Berawal dari pengalaman bekerja 15 tahun di sebuah konveksi produksi baju katahun di Jakarta, Totok Hermawan (24) seorang pemuda asal Desa Tegalrejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, mulai merintis karirnya sendiri.

 

Totok mengaku, awal merantau di Jakarta ia mengalami kesulitan, lantaran belum memiliki pengalaman kerja dan baru pertama kali memegang mesin jahit. Berbekal tekad dan usaha, akhirnya ia dapat menyesuaikan diri dan menjadi karyawan tetap di konveksi tersebut selama tujuh tahun.

 

"Kesulitan yang saya alami pertama kali ya seperti jarum patah, benang putus dan masih banyak lagi. Selain itu, menjahit juga membutuhkan kesabaran, kalau tidak sabar ya hasilnya pasti jelek,” ungkapnya.

 

Pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, menyebabkan orderan menurun drastis dan perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan. Totok menjadi salah satu karyawan yang terkena PHK. Demi mencukupi kebutuhan, ia memutuskan bekerja di sebuah rumah makan selama satu tahun. Setelah pandemi mereda, ia mulai merintis karirnya sendiri pada pertengahan 2022. Ia nekat membuka jasa jahit di rumahnya dengan membeli satu buah mesih jahit, dan mengambil orderan baju wangki (kaos berkerah) dari luar desanya. Usahanya kian bertambah maju setelah ia membeli satu buah mesin obras.

 

"Setelah saya beli mesin, alhamdulillah ada orang yang mau membantu saya di rumah. Setelah itu alhamdulillah bisa membeli beberapa mesin lagi, dan juga tambah beberapa orang yang mau membatu menjahit di rumah saya,” tutur Totok.

 

Hanya dalam beberapa bulan saja konveksi rumahan ini dapat menghasilkan sepuluh lusin baju wangki, atau setara dengan 120 buah baju dalam satu kali produksi. Konveksi rumahan milik Totok mengambil orderan dari produsen pertama yang berada di Desa Maitan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.  

 

"Setornya setiap seminggu sekali, kurang lebih sekitar 500 buah baju wangki. Orderan nantinya akan disetorkan lagi ke produsen pertama yang ada di Maitan lalu dikirim lagi ke industri pertama yang ada di Jakarta,” imbuhnya. Dalam satu minggu, konveksi rumahan ini mendapatkan omset kurang lebih Rp1.000.000,00. Konveksi rumahan ini aktif produksi dari senin sampai sabtu, pukul delapan pagi hingga empat sore.

 

Totok berharap bisnis yang ia rintis dapat berjalan lancar dan sukses, bertambah orderan dan omsetnya, serta bisa menambah sumber daya manusia di desanya, dan bersama-sama menjadi pahlawan sandang.

 

Reporter: Sinta Cornelia

Editor: Ali, Nurul, dan Lukman

Loading