Photo by: Imam Abu dkk. (Kru Magang)
GEMBONG-Zayin, salah satu warga Desa Wonosekar, Kecamatan Gembong,
Kabupaten Pati, memulai usaha pembuatan tape sejak 2019. Usaha ini ia lakukan
bersama tiga pekerja lainnya, adapun untuk lokasinya berada di kediamannya
sendiri. Tape tersebut didistribusikan sampai ke luar kota, di antaranya di
daerah Semarang, Kudus, Lampung, dan Jakarta. Ia bisa memproduksi sekitar
100-200 besek tape setiap harinya.
Saat harga pokok naik, Zayin menuturkan, “harga tape tidak mengalami
kenaikan, yakni tetap berada dikisaran Rp6.000,00 per besek,” tuturnya. Harga yang murah
ini disebabkan karena bahan pokok tape, yaitu singkong, diperoleh langsung dari
petani ketela, pengepul, juga teman-temannya.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat tape terdiri dari
singkong, ragi dan sari manis. Bungkus yang digunakan untuk mengemas tape
berupa besek dari bambu, dengan tujuan ramah lingkungan, murah, dan
tentunya tape tidak rusak apabila didistribusikan sampai ke luar kota.
“Tahap awal pembuatannya yakni mencuci bersih singkong yang telah
dikupas dan digosok, kemudian rebus sampai setengah matang. Selanjutnya
singkong ditaburi ragi dan gula yang telah dihaluskan, lalu difermentasi. Waktu
fermentasi tergantung dari tingkat kematangan singkong, mulai dari satu sampai tiga
hari. Tape yang sudah siap saji mampu bertahan selama tujuh hari, sedangkan
jika disimpan di dalam kulkas dapat bertahan hingga dua bulan,” tutur Zayin.
Zayin berharap usaha tape yang ditekuninya semakin maju dan berkembang,
sehingga dapat memperbanyak produksi tapenya. “Dengan demikian saya dapat
memberikan peluang bagi warga sekitar yang membutuhkan pekerjaan,” pungkasnya.
(Imam, Ailia, Asyhari, dan Aziz)
\
Reporter: Imam, Ailia, Asyhari, Aziz
Editor: Zunan dan Ael