Deva adalah seorang peternak burung puyuh yang bertempat di Desa Tanggel RT 6 RW 1, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Budi daya burung dan telur puyuh yang dimulai sejak tahun 2019 ini terinspirasi dari banyaknya permintaan pasar akan telur puyuh. Tak ada keahlian khusus yang dimiliki oleh pria 26 tahun ini. Deva merintis bisnisnya secara autodidak. Dengan tekad yang kuat ia mulai merintis usaha dengan mengamati dan belajar pada peternak burung puyuh di Blitar, Jawa Timur.
Untuk memulai bisnis, Deva perlu menyisihkan tabungannya sebesar 50 juta rupiah. Bermodalkan burung puyuh yang diperoleh dari beberapa teman, Deva memulai bisnisnya. Ia memilih 80 ekor induk burung puyuh dengan kualitas terbaik. Dengan keahlian yang dimilikinya, ia membuat sendiri kandang-kandang burung puyuhnya.
Perawatan yang dilakukan murni menggunakan bahan-bahan herbal tanpa adanya campuran bahan kimia, karena pada dasarnya bahan kimia tidak baik untuk kesehatan ternak. Dalam sehari Deva memerlukan setidaknya 50 kg trembel sebagai makanan pokok burung puyuh miliknya. Untuk menjaga kesehatan ternak, ia menambahkan jamu herbal yang diracik sendiri berupa campuran temulawak, sambiroto, kunyit, dan beberapa bahan herbal lainnya. Racikan tersebut diberikan 3 kali sehari yang dicampurkan pada minuman burung puyuh. Selain itu, Deva menetaskan telur puyuh menggunakan mesin penetas dengan kapasitas maksimal 3 ribu butir telur. “Saya tidak pernah menggunakan bahan kimia untuk perawatan burung puyuh, karena sama halnya dengan manusia semakin sering mengonsumsi bahan-bahan kimia maka akan merusak ginjal,” ujar Deva.
Deva menjual hasil telur puyuh pada pedagang pasar, dengan perbandingan harga jual yang relatif lebih dibandingkan menjual kepada pengepul. Ia menjual dengan harga Rp. 30.000,00 per boks telur puyuh, di mana setiap satu boks berisi 90 butir telur. Selain menjual telur puyuh, Deva juga menjual burung-burung puyuh hingga ke luar daerah bahkan sampai luar provinsi. Ia menjual dengan harga Rp2.500,00 per ekor untuk burung yang baru menetas, dan Rp7.500,00 untuk burung yang siap telur.
Seiring berjalannya waktu usaha Deva semakin berkembang hingga memiliki ribuan burung yang dikembangbiakkan. Hingga suatu saat musibah menimpanya yaitu burung-burung yang dirawat terkena wabah tahunan (flu burung) dan mengalami kerugian sampai 3 ribu ekor.
Walaupun musibah besar menimpa, Deva tidak menyerah justru ia mengambil pelajaran dan mendapat pengalaman baru. Ia lebih berhati-hati lagi dalam merawat burung, bahkan tahu cara mengatasi wabah tahunan. Dia pun sangat rajin dalam membersihkan kandang. Untuk sterilisasi kandang, Deva menyemprotkan disinfektan cuka bakso setiap hari dan membersihkan kandang setiap 2 hari sekali.
Usaha tidak mengkhianati hasil, dari sikap yang tidak pernah menyerah dan selalu percaya diri, kini usaha Deva terbilang sukses. Omset yang didapat saat ini mencapai 20 jutaan rupiah per bulan, berbanding jauh dengan omset awal memulai usaha ini yaitu 6 juta rupiah per bulan.
Menurut Deva, dengan memulai usaha sendiri orang akan lebih bebas berkreasi tanpa adanya beban ikatan dengan orang lain. Namun memiliki risiko yang tinggi pula. Lantaran usaha yang baru dirintis beberapa tahun lalu, Deva mesti turun tangan sendiri merawat serta mengembangkan usahanya.
“Semoga usaha ini lebih berkembang dan dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain, karena sekarang kan banyak orang-orang yang kesulitan mencari pekerjaan. Dengan adanya usaha ini semoga dapat menginspirasi kepada anak-anak muda. Jangan pernah berhenti untuk berinovasi karena semakin ke depan akan semakin susah. Dan juga mencari pekerjaan di zaman sekarang sangat sulit dan gaji minim. Bila perlu harus bisa menjadi pengusaha yang sukses,” pungkas Deva.
Reporter: Tarom dan Lila
Editor: Irvan