Trangkil- Tepatnya
di Desa Asempapan terdapat usaha makanan tradisional yang masih eksis hingga saat
ini. Makanan tersebut memiliki beberapa sebutan yang tergantung daerahnya, di Desa
Asempapan, masyaratkat mengenal makanan tersebut dengan nama wajik bonang atau
wajik plirit. Endang Sasmiati (42),menuturkan bahawa ia kurang lebih sudah 25 tahunan memulai usaha
ini. Pada awalnya, ketika Ia masih duduk dibangku SMP Ia selalu membantu orang
tuanya membuat jajanan ini. Namun setelah orang tuanya meninggal Ia
melanjutkan usaha pembuatan wajik bonang ini hingga sekarang. “Kurang lebih
sudah 25 tahun saya memulai usaha pembuatan wajik ini dan juga bisa dikatakan
usaha ini sebagai usaha turunan keluarga,” tuturnya (14/1).
Perpaduan antara
kelapa parut dan gula pasir menciptakan cita rasa yang khas yaitu manis gurih.
Selain itu, makanan tersebut memiliki bentuk yang unik. Bahan pokok dalam
pembuatan wajik bonang ini yaitu: beras ketan, kelapa dan gula pasir.
Proses
pembuatan wajik dimulai dari merendam
beras ketan kemudian dimasak seperti menanak nasi, kurang lebih 30 menit.
Setelah itu masak kelapa parut diatas wajan sambil diaduk-aduk, ketika kelapa
sudah berbau harum dan sedikit mengering, langsung dimasukkan semua bahan, mulai
dari beras ketan yang sudah dimasak, gula pasir dan sedikit pewarna makanan. Kemudian
Campur dan aduk semua bahan tadi hingga matang. Setelah matang didiamkan
sebentar setelah itu dibentuk sesuai yang diinginkan. Lalu dijemur sebentar
atau juga bisa menggunakan mesin oven. “Wajik bonang ini kering tidak
membutuhkan waktu yang lama, tergantung gula pasir yang kita campurkan. Semakin
banyak gula pasir semakin cepat keringnya,” ujar wanita berusia 42 tahun itu.“Di
jemur atau di oven supaya si wajik ini tidak umes,” tambahnya.
Biasanya konsumen membeli wajik, digunakan untuk suguhan dalam acara hajatan. Endanh berharap, anak-anak muda zaman sekarang, dapat melestarikan jajanan-jajanan tradisional, yang beberapa sudah mulai terlupakan.
Reporter: Ima
Editor: Ael