PELESTARI SANGKAR PERKUTUT KLASIK KHAS PATI

PELESTARI SANGKAR PERKUTUT KLASIK KHAS PATI

KABAR TERMA
Rabu, 05 Januari 2022



Kamis (30/12), burung perkutut merupakan burung yang umum dipelihara masyarakat, burung ini mempunyai suara anggungan yang merdu. Burung perkutut biasa dipelihara oleh kalangan orang tua, akan tetapi seiring berjalannya waktu dan banyakknya kontes burung perkutut di setiap daerah. Tidak sedikit pula dari kalangan muda yang mencintai burung ini. Bahkan saat ini sudah banyak komunitas yang terfokus pada burung perkutut. Salah satu komunitas yang ada di Pati yaitu PATIKAL (Paguyuban Pati Kutut Lokal).


Seiring dengan mulai banyaknya penggemar burung bersuara merdu itu, maka hal tersebut dijadikan peluang usaha. Salah satunya pembuatan sangkar burung klasik. Sukiman, warga Desa Asempapan,  Trangkil, Pati mengbzbambil peluang tersebut sebagai usaha barunya. Dikarenakan pada waktu itu perekonomian keluarganya yang sedikit demi sedikit menurun.

 

Dalam komunitasnya Sukiman sering disapa dengan panggilan Lek Man. Motivasi awal membuat sangkar perkutut yaitu dari keinginannya memiliki sangkar perkutut klasik khas Pati, tetapi tidak mampu untuk membelinya karena harga yang tinggi dipasaran. Pada tahun 2018 ia mulai belajar dan menemui beberapa pengrajin sangkar klasik khas Pati yaitu Mashudi dan Mbah Giono. Dari situ Lek Man diajari berbagai macam motif dan bentuk dari sangkar khas Pati. Pada awalnya ia membuat hanya untuk koleksi pribadi, namun lama kelamaan ia mulai memasarkan hasil kerajinannya.




Yang membedakan sangkar khas Pati dengan daerah lainnya yaitu yang pertama, menggunakan ukiran iras (tidak sambungan) mulai dari jeruji hingga tiangnya. Kedua, memilih bambu apus yang sudah tua sebagai bahan utama agar mampu menjaga kualitas sangkar. Ketiga, bentuk sangkar khas Pati ada 2 macam kubah dan mataraman. Untuk membedakan keduanya dapat kita lihat dari atapnya. Mataram atapnya cenderung pendek, pesek, dan atasnya ditutup dengan kain. Sedangkan kubah atapnya berbentuk cembung dan atasnya dilapisi semen atau kompon.

 


“Untuk pemasangan tiang maupun jeruji tidak boleh sungsang atau terbalik. Dikarenakan menurut filosofinya jika burung menempati sangkar tersebut burung tidak nyaman bahkan terkadang sampai ada yang mati,” Tutur warga Asempapan saat ditemui di rumahnya.


 

Dalam pembuatan sangkar selain menggunakan bambu, juga membutuhkan  rotan sebagai lingkaran kerangka sangkar. Untuk alas dibutuhkan bambu yang dipipihkan sehingga dapat dianyam. “Ukuran standar diameter yang biasa saya gunakan yaitu bawah 36 dan atas 42 supaya burung leluasa dalam bergerak,” Ujar Sukiman.


Ia memasarkan sangkar klasik karyanya dengan berjualan secara online atau dengan mengikuti berbagai event perkutut atau sering disebut dengan gantangan. Sehingga calon pembeli dapat melihat hasil kerajinan sangkarnya secara langsung. Pembeli tidakhanya dari kota Pati saja melainkan sudah sampai keluar kota Pati. Seperti, Kudus, Purwodadi, Rembang, Malang, hingga Bali.


 

Pembuatan satu sangkar perkutut klasik khas Pati ini membutuhkan waktu 2 minggu sampai 1 bulan tergantung tingkat kerumitan sangkar. Dan juga dalam pembuatannya ia sedikit menggunakan bantuan mesin dikarenakan untuk mempercepat proses pembuatan.

 

Untuk harga, persangkar ia patok dari  Rp 500,000 ribu hingga Rp 1.500,000. “Tergantung tingkat kerumitan model, ukiran, dan pengecatannya,” Tambah laki-laki berusia 45 tahun itu.