INVESTASI POHON MANGROVE DI KERTOMULYO

INVESTASI POHON MANGROVE DI KERTOMULYO

KABAR TERMA
Kamis, 23 Desember 2021

 Pati (18/12) - Kabupaten Pati punya ragam indutri kreatif. Salah satunya adalah pantai mangrove yang berada di Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil. Selain menjadi daya tarik sebagai destinasi wisata, rupanya mangrove juga dimanfaatkan sebagai bahan olahan yang unik.




Jarak pantai mangrove pun tak terlalu jauh, yakni kurang lebih 17 kilometer dari pusat Kota Pati. Lokasi pantai ini bisa dijadikan destinasi wisata menarik untuk para turis lokal maupun regional. Keunggulan destinasi wisata ini adalah adanya tanaman mangrove yang melingkar sepanjang pantai. Agar para turis bisa menikmati suasana mangrove, para pemuda yang mengelola pantai membuat jalan setapak dari papan yang ditata rapi, aman dan nyaman.


Untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang datang, di sana disediakan lokasi kuliner kerakyatan yang sederhana. Pengelola pantai juga menyediakan fasilitas MCK yang memadai bagi para wisatawan yang mandi dan main air di laut.\



Pada hutan mangrove yang memiliki luas kurang lebih 12 hektar ini terdapat dua jenis pohon mangrove, yaitu Rhizhophora dan Avicennia. Pohon mangrove tersebut ternyata dapat diolah menjadi berbagai macam oleh-oleh khas Kertomulyo, di antaranya kopi mangrove, sirup mangrove, kripik mangrove, dan urap mangrove.  Kopi mangrove biasa dipasarkan dengan harga 18 sampai 21 ribu per bungkus. Sedangkan sirup mangrove dibanderol dengan harga 17 ribu per botol, sesuai dengan naik turunnya harga gula.


Awal mula ide inovasi mangrove itu bermula dari suatu kunjungan seseorang yang berasal dari Indramayu, yaitu Latif. Kemudian Adi Sucipto selaku ketua kelompok Tresno Segoro berinisiatif menjalankan ide tersebut di Desa Kertomulyo. Salah satu ide inovasi yang dibawa oleh Latif adalah kopi mangrove.


Proses pembuatan kopi dari mangrove itu berawal dari biji pohon mangrove yang direbus. Biji mangrove tersebut direbus selama lima menit hingga memiliki tekstur yang tidak terlalu keras. Setelahnya, biji mangrove dijemur selama tiga hari, kemudian disangrai hingga sedikit menghitam. Lalu biji yang telah menghitam itu masuk ke tahap penggilingan dan digiling hingga halus, kemudian dicampur dengan satu kilo mentah avicennia dan robusta. Olahan tersebut beberapa bulan kemarin sudah dilakukan pengujian kesehatan oleh Kesemad UNDIP dan kini masih menunggu hasil dari proses pengujian laboratorium.


Dengan adanya inovasi tersebut, mangrove dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk berwisata di Pantai Kertomulyo, karena bisa dijadikan sebagai oleh-oleh khas dari Desa Kertomulyo.


Adi Sucipto mengatakan, “Saya terinspirasi untuk mencoba membuat bubuk kopi dan sirup dari pohon mangrove yang tersedia di sini, alhamdulillahnya produk saya dapat berjalan dan diterima di kalangan masyarakat.” (Kel-Ali/AEL)