Kopi tanpa gula adalah kopi yang jujur. Dia tak perlu bermanis-manis di mulut. Tanpa ragu menunjukkan jati diri sang peminumnya. Itulah kata-kata filosofis yang tepat untuk menggambarkan cita rasa kopi. Rasa pahit selalu dihadirkan dalam seduhan kopi, tapi dari kopilah kita belajar bahwa pahit bisa dinikmati. Justru rasa pahit menjadi cita rasa tersendiri dari kopi, yang membuat mata terbuka untuk peminumnya.
Bagi pecinta kopi, pasti terasa ada yang kurang di pagi hari sebelum memulai aktivitas, apabila belum menikmati kopi. Kopi juga menjadi teman bersantai, bekerja, dan menuangkan segala ide dalam kehidupan. Ide-ide itulah yang coba dihadirkan oleh masyarakat Desa Jrahi, Kecamatan Gunung Wungkal, Kabupaten Pati. Banyak tersedia bahan baku rempah yang ada disana, seperti kayu manis, cengkeh, kapulaga, cabe puyang, dan jahe. Rempah-rempah inilah yang hadir dalam hangatnya seduhan kopi.
Perpaduan kopi dan rempah-rempah ternyata menghasilkan cita rasa yang khas yang kemudian dikenal sebagai Kopi Rempah. Dengan kopi rempah ini tidak hanya sebagai minuman saja, tetapi manfaat rempah pun bisa didapatkan. Di daerah Jrahi memang sangat mudah sekali mendapatkan bahan- rempah-rempah karena mempunyai potensi alam dan tanah sangat subur, hampir semua tanaman bisa tumbuh di sana. Ketersediaan rempah yang melimpah ini dimanfaatkan untuk membuat varian kopi rempah tersebut.
Salah satu rumah produksi di Jrahi yang bernama “Omah Gesang” mengembangkan berbagai varian kopi. Omah Gesang sendiri berdiri dua tahun yang lalu dengan arti dimanapun kita merasa hidup, disitulah arti rumah. Kehangatan rumah coba dihadirkan dalam suguhan wedhang yang bernama “Remen Wedhang Bugar”, sebagai lebel merknya. “Remen” berasal dari bahasa jawa yang artinya suka atau cinta, dan “Bugar” berarti sehat. Dari nama tersebut diharapkan masyarakat baik konsumen dan produsen semua suka dengan wedhang bugar tersebut dan dapat menyehatkan tubuh.
Dari situlah muncul produk-produk terbaru, salah satunya kopi rempah. Dyah(25) yang mengembangkan rumah produksi tersebut melahirkan produk kopi rempah ini satu tahun yang lalu bersama dengan kakaknya. Dasar dari kopi rempah sama seperti kopi biasanya, namun dalam kopi rempah mempunyai aroma cengkeh yang kuat sehingga cenderung seperti jamu. Kopi rempah Jrahi mempunyai bahan tambahan anatara lain, kapulaga, cengkeh, dan cabe puyang. Bahan-bahan itulah yang menjadikan seduhan kopi sebagai wedhang bugar. Apalagi jika dikonsumsi pada musim penghujan dan suasana yang dingin, pastilah lebih nikmat untuk menghangatkan tubuh.
“Ada kepuasan tersendiri ketika mengolah produk dan merasa cocok jika diotak-atik. sehingga menghasilkan produk baru dan saya masih belajar menyukai kopi rempah ini”. Kata perempuan 25 tahun itu. Sebagai produsen, ia mengonsumsi kopi rempah sedikit demi sedikit, karena ada bahan yang tidak bisa diterima tubuhnya dan cenderung alergi, dalam artian setiap tubuh manusia mempunyai tingkat ketahanan/imunitas tubuh sendiri-sendiri. Sehingga para konsumen ketika menikmati kopi rempah, juga harus memperhatikan dan menyesuaikan kondisi masing-masing.
Latar belakang produksi kopi rempah sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan menghadirkan produk baru ke konsumen. Konsumen yang menjadi target utama adalah bapak-bapak karena fungsi dari produk tersebut untuk menambah stamina/kebugaran tubuh seperti nama merknya wedhang bugar. Walaupun begitu, kopi ini bisa dikonsumsi oleh semua orang asalkan tidak punya keluhan apapun dan dengan porsi tertentu.
Produk kopi rempah Omah Gesang ini sudah mendapatkan ijin taraf PIRT- sebagai jaminan produk dan masih dalam skala rumahan. Kebanggaan dari produk tersebut adalah semua bahan 99% diperoleh dari lingkungan sekitar dan cita rasanya juga dapat diterima masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan perekonomian warga di daerah tersebut. Rasa rempah-rempah yang khas diciptakan agar orang-orang familiar dan merasakan manfaat dari rempah itu sendiri melalui minuman.
Dyah juga mengatakan, “ Cara menikmati kopi rempah yang paling nikmat adalah ketika me-time untuk tipe introvert, dan untuk tipe extrovert bisa dikonsumsi saat berkumpul dengan teman dan keluarga”. Tetapi untuk orang-orang pasti punya cara tersendiri dalam menikmati seduhan kopi.
Dibalik produksi kopi rempah Omah Gesang ini yang dikelola oleh kakak beradik. Ada sesuatu yang masih harus ditata, yaitu pengelolaan menajemen dan takaran kopi. Sebab saat ini masih menggunakan feeling dalam pengolahannya, sehingga apabila suatu saat harus memproduksi dalam skala besar dan melibatkan banyak karyawan belum ada takaran yang tetap dalam produksi seperti, berapa lama pengolahan bahan dan sampai seberapa aroma yang dihasilkan.
“Kopi rempah sudah memenuhi target dalam pemasaran dan memiliki daya tarik, karena sudah dikemas dalam kemasan yang bagus, lengkap dengan cara penyajian, komposisi, baik digunakan sebelum, dan dilengkapi dengan barcode produk”. Kata Parlan(57) konsumen kopi rempah.
Produk kopi rempah tentunya tidak hanya dipasarkan di lingkungan Desa Jrahi saja, tetapi sudah dipasarkan di daerah lain walaupun masih by-request, dan biasanya masih sistem jastip. Namun para penikmat kopi rempah yang ingin mencoba seduhan ini, sudah tersedia di salah satu toko online dan bisa juga dipesan via-Whatsapp yang nantinya dapat dikirimkan dengan jasa antar. (Nika)