Seperti yang kita
ketahui, Indonesia
adalah sebuah negara yang memiliki banyak kekayaan. Bukan hanya tentang sumber
daya alam dan budayanya, melainkan juga memiliki keberagaman agama yang dianut oleh masyarakatnya.
Meskipun demikian, tak lantas membuat negara ini terpecah belah. Justru dengan
adanya keberagaman agama yang ada, antar penganutnya bisa saling menumbuhkan
rasa toleransi. Sikap toleransi
biasanya ditunjukkan untuk menghormati adanya perbedaan pendapat, agama, ras,
dan budaya pada setiap orang atau kelompok.
Ada enam jenis
agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Ke-enam agama tersebut juga mempunyai tempat ibadah
yang berbeda-beda. Tanpa adanya
sikap toleransi, sudah barang pasti antar umat beragama akan sulit untuk
beribadah dengan tenang dan aman.
Sikap toleransi beragama inilah yang harus aku terapkan dalam hubungan
pertemanan di tempat kerjaku. Karena kita
tidak dapat memilih dengan orang beragama apa kita akan berpartner.
Di istirahat makan siang, Kamis (04/6/2020) aku mengiyakan ajakan dengan salah satu rekan kerjaku untuk makan mie ayam di warung pojok, sebelah barat tempat kerja kami. “ Def, nanti makan siang di mana? Aku pingin mi ayam. Bagaimana kalau nanti ke warung pojok?,” ajakan wanita yang berdiri hendak mencarger hp nya di dekat pintu ruangan. Karena memang sudah kangen dengan mi ayam, secara spontan aku setuju. "Oke Mbk Riska," jawabku simpel.
Di istirahat makan siang, Kamis (04/6/2020) aku mengiyakan ajakan dengan salah satu rekan kerjaku untuk makan mie ayam di warung pojok, sebelah barat tempat kerja kami. “ Def, nanti makan siang di mana? Aku pingin mi ayam. Bagaimana kalau nanti ke warung pojok?,” ajakan wanita yang berdiri hendak mencarger hp nya di dekat pintu ruangan. Karena memang sudah kangen dengan mi ayam, secara spontan aku setuju. "Oke Mbk Riska," jawabku simpel.
Dari ke-14 orang yang ada di ruangan kerja, siang itu rupanya hanya kami
berdua yang tertarik untuk menikmati mi ayam di jam makan siang. Yang lain tetap
memilih nasi sebagai hidangan makan siang. Ada juga yang memilih makan di rumah. Ya, mereka sengaja pulang dan kembali saat jam istirahat selesai.
Wanita berambut sebahu itu dengan semangatnya memesan terlebih dahulu
mi ayam campur bakso. Dia memang terkenal doyan makan dan hampir semua jenis
makanan ia sukai. Menurut hemat saya, dia adalah orang yang tidak pilih-pilih soal makanan alias menerima apa adanya.
Tak berselang lama, aku pun memesan yang sama dengannya. Aku sengaja
duduk di sampingnya, untuk menghemat tenaga saat ngobrol dan meminimalisir potensi terdengar orang lain. Sekitar enam menit dua porsi pesanan kami datang. Segera kami
tambahkan saos dan kecap sesuai selera. Tak ketinggalan sambalnya yang pedas. Tak lama setelah itu, dua gelas minuman mendarat di depan kami.
Sebelum menyantapnya tak lupa puji syukur kami panjatkan kepada-Nya. Berdo’a
sebelum makan adalah ritual religius kita. Dan masing-masing agama kurasa mempunyai
cara tersendiri dalam hal ini. Di agamaku (Islam) tentu membaca do’a sebelum
makan. Allohumma baarik lana fi ma rozaq
tana waqina adzaabannaar. Sementara Riska sebagai Umat Kristiani juga berdo'a sesuai dengan aturan di Agamanya. (D'Ayu)