![]() |
Take by: Lutfia |
Pati - Telah berlangsung kegiatan Bedah Buku “Dusta Yudistira” karya Achiar
M Permana (Literasi Media untuk Menghindari Jebakan Hoaks di
Sekitar Kita) yang diselenggarakan oleh PWI Pati,
Sabtu (15/02/2020). Kegiatan yang bertempat di Gedung Bakorwil 1 Jateng
itu merupakan bentuk dari
peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang
jatuh setiap 09 Februari. Ada
tiga narasumber yang diundang diantaranya, Anis
Sholeh Ba’asyin, Amir Machmud, dan penulis buku itu sendiri Achiar M. Permana.
Sekretaris
panitia Ahmad Ulil Albab mengatakan, panitia mengundang 25 instansi untuk ikut berpartisipasi. Meliputi Kodim Pati,
Instansi Pendidikan,
dan Wartawan. Namun karena adanya pemilihan kepala desa serentak, membuat sebagian peserta
tidak dapat menghadiri acara itu. Sehingga
dari keseluruhan instansi yang
diundang, hanya sekitar 50 orang yang dapat andil.
Turut
hadir pula beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Teater AS dan LPM Terma
STAI Pati. Bahkan kru musik dari Teater AS juga diminta tampil menjadi
pengiring awal acara serta hiburan di sesi istirahat.
Latar belakang
pembuatan buku tersebut
berawal dari seringnya Achiar menonton wayang.
Dari
sanalah ia mengkorelasikan
cerita wayang dengan peristiwa yang sedang terjadi saat itu. “Saya memilih
cerita wayang untuk menggambarkan persoalan-persoalan,” ungkapnya.
Dalam bukunya itu,
berisi sejarah perilaku Yudhistira (Puntadewa) salah satu tokoh Pandawa dalam kebohongannya
mengenai kematian Aswatama. Meski
tipis sekali kebohongannya dan hampir
dapat dikatakan fakta.
Hal
tersebut
yang kemudian dikaitkan dengan peran serta media dalam menyampaikan informasi
di masa
sekarang. Berita yang disampaikan berdasarkan fakta, tapi sedikit mengaburkan. “Media sekarang sedang
fasih dalam memerankan tokoh Yudhistira,” imbuhnya.
Anis Sholeh
Ba’asyin salah satu narasumber menambahkan, banyaknya
berita hoaks yang disebarkan oleh
media disebabkan karena media
itu tidak punya konstanta
atau sesuatu yang dijadikan pegangan didalamnya.
Sementara
itu, Ketua PWI Pati Moch Noor Efendi menuturkan bahwa hoaks
itu masif di media sosial. Karena itu media arus utama saat ini justru tidak
sebatas berfungsi sebagai penyampai informasi, edukasi, hiburan, tetapi
berperan melakukan klarifikasi. (Sairohnews/Selamet/DAL)