PWI Ajak Perbincangkan Dusta Yudistira dalam Dunia Media

PWI Ajak Perbincangkan Dusta Yudistira dalam Dunia Media

KABAR TERMA
Kamis, 27 Februari 2020



Take by: Lutfia

Pati - Telah berlangsung kegiatan Bedah Buku “Dusta Yudistira” karya Achiar M Permana (Literasi Media untuk Menghindari Jebakan Hoaks di Sekitar Kita) yang diselenggarakan oleh PWI Pati, Sabtu (15/02/2020). Kegiatan yang bertempat di Gedung Bakorwil 1 Jateng itu merupakan bentuk dari peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap 09 Februari. Ada tiga narasumber yang diundang diantaranya, Anis Sholeh Ba’asyin, Amir Machmud, dan penulis buku itu sendiri Achiar M. Permana.
 Sekretaris panitia Ahmad Ulil Albab mengatakan, panitia mengundang 25 instansi untuk ikut berpartisipasi. Meliputi Kodim Pati, Instansi Pendidikan, dan Wartawan. Namun karena adanya pemilihan kepala desa serentak, membuat sebagian peserta tidak dapat menghadiri acara itu. Sehingga dari keseluruhan instansi yang diundang, hanya sekitar 50 orang yang dapat andil.
Turut hadir pula beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Teater AS dan LPM Terma STAI Pati. Bahkan kru musik dari Teater AS juga diminta tampil menjadi pengiring awal acara serta hiburan di sesi istirahat.
Latar belakang pembuatan buku tersebut berawal dari seringnya Achiar menonton wayang. Dari sanalah ia mengkorelasikan cerita wayang dengan peristiwa yang sedang terjadi saat itu. “Saya memilih cerita wayang untuk menggambarkan persoalan-persoalan,” ungkapnya.
Dalam bukunya itu, berisi sejarah perilaku Yudhistira (Puntadewa) salah satu tokoh Pandawa dalam kebohongannya mengenai kematian Aswatama. Meski tipis sekali kebohongannya dan hampir dapat dikatakan fakta.
Hal tersebut yang kemudian dikaitkan dengan peran serta media dalam menyampaikan informasi di masa sekarang. Berita yang disampaikan berdasarkan fakta, tapi sedikit mengaburkan. “Media sekarang sedang fasih dalam memerankan tokoh Yudhistira,” imbuhnya.
Anis Sholeh Ba’asyin salah satu narasumber menambahkan, banyaknya berita hoaks yang disebarkan oleh media disebabkan karena media itu tidak punya konstanta atau sesuatu yang dijadikan pegangan didalamnya.
Sementara itu, Ketua PWI Pati Moch Noor Efendi menuturkan bahwa hoaks itu masif di media sosial. Karena itu media arus utama saat ini justru tidak sebatas berfungsi sebagai penyampai informasi, edukasi, hiburan, tetapi berperan melakukan klarifikasi. (Sairohnews/Selamet/DAL)