Pentas Produksi Sebagai Pondasi Berekspresi
Kali ini bukan sebagai tamu undangan seperti sebelumnya, malam itu Teater AS tampil dalam acara sendiri, Pentas Produksi Perdana Teater AS dengan naskah “Lorong”. Acara digelar di Gedung B Lantai 2 Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP), Kamis malam (02/05). Naskah tersebut merupakan Karya Phutut Bukhori tahun 2004 yang memiliki unsur komedi. Lakon ini mengambil cerita tentang kehidupan para pemulung miskin yang tinggal di Desa Loh Ijo.
Kekacauan dimulai ketika Jambul, salah satu pemulung Desa Loh Ijo terkena penyakit yang misterius. Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya kesakitan dan ia meronta-ronta kepanasan saat meminum air putih yan dibawakan oleh Ati sesama pemulung. Perdebatan di kalangan warga pemulungpun muncul karena perbedaan pendapat mengenai penyakit yang menimpa Jambul dan cara menyembuhkannya.
Di tengah kemelut perdebatan yang terjadi, muncul sosok lelaki bertubuh proporsional dan berparas tampan, Prantoro. Ia datang sebagai penolong. Dengan gaya penyembuhannya, Jambul berhasil sembuh dari penyakit misterius yang dideritanya. Namun siapa sangka, ternyata Prantoro sendirilah dalang dari penyakit si Jambul. Dia yang telah meracuni Jambul, dan berpura-pura sebagai pahlawan penyembuh.
Bukan tanpa alasan prantoro melakukan hal tersebut. Dia mempunyai tujuan supaya para pemulung menganggapnya sebagai pahlawan dan mau menuruti apa yang diomongkan Prantoro. Yakni menjual tanah yang saat itu menjadi tempat tinggal para pemulung miskin kepada pengembang atau investor yang ingin menggusur warga Loh Ijo.
Pentas itu tak hanya dihadiri oleh Wakil Ketua (Waka) II STAIP, Waka III, dan Kepala bagian AUAK STAIP, melainkan juga beberapa grup teater seperti Teater Songo, Teater Satoesh, Teater Aura, dan para pegiat teater dari Pati dan sekitarnya.
Pentas dengan durasi kurang lebih 50 menit itu dilanjut dengan sesi diskusi terkait pementasan yang telah disajikan. Ibarat tiada gading yang tak retak, dalam diskusi muncul berbagai penilaian. Mulai dari penilaian positif sampai penilaian negatif.
“Di sini saya melihat, Teater AS ini belum siap untuk pentas, dalam artian kalian terlalu terburu-buru mengelar Pentas Produksi ini,” ujar salah satu peserta diskusi.
Adanya komentar negatif itu disanggah dari salah satu kru Teater Satoesh yang turut hadir. “Bukan tidak siap, Teater AS sudah siap pentas, mereka sudah berani pentas dan mempersiapkan ini semua dan itu bukanlah hal yang mudah,” sanggahnya. Ini membuat hati para kru Teater AS sedikit bangga dan terharu.
Banyak pula para penonton yang menyarankan agar pentas dari Teater AS tersebut tidak hanya diadakan di STAIP saja, tetapi ditampilkan di tmpat lain (road show). Para kru Teater AS menganggap saran itu sebagai do’a dan mengamininya.
“Jangan jadikan Pentas ini sebagai puncak kesuksesan lantas mudah berbangga hati, tapi anggaplah ini sebagai pondasi untuk dapat terus berkarya, dan demi kemajuan dan pergerakan Teater AS yang lebih baik kedepannya,” imbuh Beni Dewa Sutradara Pentas Produksi.
Tetapi yang penting diketahui bahwa di sini para aktor yang bermain di depan layar tidak begitu saja acuh dengan proses di belakang layar. Mereka ikut andil di belakang layar. Bahkan karena beberapa kesibukan dan kefakuman beberapa kru Teater AS, Ali yang menjabat sebagai pimpinan produksi juga berperan sebagai Jambul.Muh Nur Faiz Lurah Teater AS juga dengan senang hati bersedia berperan sebagai Prantoro.
Proses latihan menuju pentas ini dimulai sejak Januari 2019 dan berjalan 3 kali dalam satu pekan, Kamis, Jumat, dan Sabtu di waktu sore. Waktu sore inilah yang dirasa adil bagi para pemain untuk latihan. Menginggat mayoritas dari mereka mempunyai kesibukan sendiri. Mulai dari berkuliah sampai dengan bekerja. Dan menjadi sebuah proses yang begitu menguras tenaga, pikiran, hingga kesabaran. Pentas Produksi Perdana Teater AS ini juga mengalami perubahan jadwal. Yang sebelumnya di agendakan akan di gelar tanggal 27 April akhirnya mundur menjadi 02 Mei 2019.
Beni Dewa mengatakan, selama proses menuju pentas produksi berbagai hal yang terjadi cukup membuat dirinya sempat tidak percaya terhadap proses yang Teater AS lakukan. Mulai dari kedatangan para aktor yang tidak tepat waktu, naik turunnya semangat dari para aktor, sampai dengan susahnya menjumpai aktor dengan formasi lengkap. Alih-alih berharap lengkapnya aktor, bahkan sampai proses latihan sudah setengah jalan, masih saja ada beberapa peran yang kosong pemain.
Namun kecemasan Sutradara tersebut mulai berkurang setelah formasi para pemain sudah terisi lengkap. Mulai dari aktor, tim artistik sampai dengan tim musik yang seiring berjalannya waktu sudah menempati posisinya masing-masing.
“Saya berterima kasih terhadap kesabaran Mas Beni yang sudah menemani proses produksi ini. Beliau dapat menjadi sosok pelatih yang sabar namun tetap tegas, dan sosok guru yang yang tak akan tergantikan,” ujar Defi salah satu pemain.
“Bagaimana saya yang hanya pemain ini marah, sedangkan cerminan kami Beni Dewa begitu sabar dalam melatih dan mengawal proses produksi ini,” imbuhnya. (DAL)