PROSES KREATIF DALAM KARYA SASTRA

PROSES KREATIF DALAM KARYA SASTRA

KABAR TERMA
Minggu, 24 Januari 2016

“sepahit apapun realitas yang ada dihadapan mata, seorang penulis itu seharusnya tidak menjadi perintih. Rintihan tidak akan membawa kemana-mana. Apalagi yang kita runtuhkan itu adalah sebuah gunung”.
Bagi penulis, jarak diantara ‘individu’ dengan sastra hampir tidak ada. Karena bagi penulis, jiwa dan sastra itu ada hubungan tersendiri, yaitu hubungan berupa jembatan ‘keasyikan’ dan ‘keindahan’ disaat menulis. Kalau mau dibuat satu analogi, sejak jarum-jarum panca indra dan daya kreatif kita mulai berkeliling, kita sebenarnya sudah didorong oleh keasyikan dan keindaha yang terdapat dalam diri kita, alam sekitar dan kehidupan di sekeliling kita. Sastra sebenarnya sudah mendekati kita sejak kita masih kecil, tetapi, kita mengenalnya setelah dewasa, atau lebih tepatnya setelah kita mulai belajar menulis (sebagai penulis; baik itu menulis puisi, cerpen, drama, novel, atau apapun bentuk tulisan itu).
Untuk menjadi penulis yang baik kita harus kreatif. “proses kreatif” inilah yang akan menghasilkan “karya sastra” yang bermutu. Untuk melangkah ke proses kreatif ini kita dituntut untuk memiliki sifat positive, berani mencoba, terbuka dan selalu ingin tau.
Memang setiap pengarang mempunyai proses penulisannya sendiri. Dan siapapun yang ingin menjadi penulis atau pengarang besar harus dapat menguasai proses kreatif dalam penciptaanya, karena proses kreatif inilah yang akan membantu kerja mengarang, bahkan proses kreatif ini dapat dikatakan sebagai faktur penentu keberhasilan dalam kerja mengarang.
Ada banyak cara seorang pengarang dalam menjalankan proses mengarang. Diantaranya sebagai berikut: pertama, menyediakan atau mempersiapkan bahan-bahan yang akan ditulis juga yang terjelma dari lintasan pikiran. Kedua, proses pematangan bahan, mengkonkritkan dan memperteguh pemikiran, membina watak dan mencari-cari jalur cerita yang sesuai. Ketiga, mencatat bahan-bahan tersebut diatas atau kertas. Catatan ini akan terus dikembangkan menjadi sempurna. Keempat, menulis dafar yang akan diperbaiki dari waktu ke waktu. Dan kelima atau langkah terakhir adalah proses penulisannya.dalam proses penulisan disini jangan lupa memperbaiki aspek moralnya.
Tapi perlu diingat juga, bahwa cara seseorang dalam mengarang itu tidak sama. Setiap orang punya cara sendiri-sendiri. Ada yang hanya terus-menerus menulis sebaik-baiknya dengan bahan yang hendak ditulis, ada yang mengurung diri dalam kamar, ada juga yang pergi ketempat sepi untuk mencari ilham dan masih banyak lagi.
Karya sastra yang sampai kepada pembaca merupakan sebuah ciptaan yang sudah lengkap. Jarang sekali pembaca memikirkan bagaimana karya itu mengalami proses pembuatannya atau penciptaannya. Proses penciptaan mempunyai hubungan yang amat besar dengan keberhasilan sebuah karya sastra. Proses penciptaan yang dimulai dengan dorongan menulis, timbulnya ilham, penyusunan pikiran, pematangan dan penggarapannya memberi kesan terhadap karya yang akan ditulis. Sebenarnya terlalu banyak aspek yang mendorong seseorang itu untuk mengarang. Namun perlu disadari juga, bahasa setiap orang punya alasan tersendiri untuk menjadi penulis.
“tujuan mengarang” inilah sebenarnya yang menjadi pokok persoalan dalam “proses kreatif” jadi disinilah letaknya dorongan atau motivasi untuk berkarya. Secara umum ada dua golongan tujuan seseorang itu menulis. Pertama, tujuan yang bercorak fisikal (tidak terselubung), yaitu yang lahir dan dapat dipikul daripada karya tersebut, kita akan dapat menangkap maksud atau motif pengarang. Kedua, tujuan yang bercorak spiritual (terselubung), yaitu yang tersembunyi dibalik sebuah karya. Saat membaca karya tersebut. Tujuan tersembunyi ini dapat dirasakan tetapi kadang-kadang motifnya berbeda daripada yang dirasa pembaca.
Disamping dua golongan tujuan diatas, ada juga penulis yang sekedar untuk mencari nama, ingin bercerita dan supaya pembaca terhibur dengan ceritanya, ada yang bersenang-senang saja karena hoby, ada juga yang bertujuan untuk mencari uang bahkan ada juga yang tidak dapat menjelaskan apakah tujuan sebenarnya. Disamping itu ada juga yang disebakan karena hanya ingin coba-coba, lalu memasuki dunia tulis-menulis karena terpengaruh oleh teman atau lingkungan.

Tugas seorang pengarang adalah untuk memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara yang sensitif terhadap suatu peristiwa. Sehingga timbul tujuan mulia seperti ingin membentuk pemikiran masyarakat, membantu memajukan bangsa dan negara serta meningkatkan kesusastraan tanah air, dan hampir dimana kita menimba ilmu yang terpenting membentuk jati diri. (Muthoharoh/Terma)